Laman

Kamis, 02 Oktober 2014


Mamuju Sulawesi Barat

Mamuju adalah kota kecil yang berada di Sulawesi Barat, letaknya sangat strategis karena kawasan segitiga emas yaitu Propinsi Sulawesi Selatan-Sulawesi Tengah-Kalimantan Timur. Mamuju memiliki garis pantai terpanjang di Sulawsi Selatan, yaitu sekitar 415 Km yang tersebar di 48 desa dalam 13 wilayah kecamatan. Pemandangan pantainya akan langsung menarik perhatian dengan lautnya yang biru, ditambah teriknya matahari, seakan-akan mengajak Anda untuk segera berenang.
Terdapat sebuah pantai indah dengan ciri khas berupa pohon cemara dan butiran pasir hitam memanjang sampai 5 km. Menyajikan untuk Anda pemandangan pantai berkilau dan hilir mudiknya perahu nelayan.  Itulah Pantai Manakarra yang  letaknya di Kota Mamuju, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Barat. Pantai ini adalah bagian dari Teluk Mamuju, tempat Pelabuhan Batu berada yang menjadi salah satu pusat perhubungan di Kota Mamuju. Pantai ini banyak dikunjungi pengunjung untuk tempat melepas lelah dengan menikmati indahnya pantai sambil melihat muda mudi kota Mamuju berkumpul. Pantai ini selalu ramai dikunjungi mulai dari pukul 4 sore hingga tengah malamnya.



Sementara itu di Pantai Wisata Lombang-Lombang memiliki banyak pohon bakau yang besar dan unik, menciptakan suatu pemandangan yang indah, bersih dan alami. Pada hari Minggu atau hari libur lainnya, pantai ini biasanya dipenuhi oleh wisatawan lokal yang ingin menghabiskan liburan mereka dengan menikmati panorama pantai. Pantai wisata Lombang Lombang berjarak 30 kilometer dari kota Mamuju.

BUDAYA
Kota Mamuju adalah ibukota provinsi Sulawesi BaratIndonesia. Kota Mamuju sampai saat ini bukanlah sebagai daerah otonom yang memiliki wali kota ataupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota sendiri, melainkan masih menjadi bagian dari Kabupaten Mamuju. Kota ini diapit pantai dan perbukitan berlapis cokelat. Bukit berkelok sepanjang 500 kilometer selepas Kabupaten Barru, (Sulawesi Selatan) dan deretan kapal nelayan khas Mandar menambah indahnya panorama alam.
Kota ini berada di antara Palu (Sulawesi Tengah) dan Makassar (Sulawesi Selatan). Ibukota ini akan menjadi jembatan ekonomi atau pun budaya Kota Palu dan Makassar. Mamuju juga potret dari dua wilayah tersebut karena penduduknya yang dominan etnik Mandar dengan beberapa sub-etnik kecil, seperti BugisTorajaMakassar dan Jawa.

MAKAN KHAS
Khas Sulawesi Barat
Jepa 

Jepa

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0uIV9wyYcR_aNDmetj9JeiFb1qGwbzk1BSu2WGDPoBnQ1_9wjAGtcp_qkECdEdJbLD5FM9TPVa9kFWjGkf6iZlmagafJqSFf7ty7U5hYi-HhXB2TUc0pgr1QABCN462l0oefdOId-Kmss/s1600/jepa.jpeg
Jika ikan saja tak mengenyangkan, ada penganan karbohidrat tinggi tersedia di meja. Jepa adalah makanan khas Mandar. Bentuknya lempengan bundar dari parutan ubi kayu dan kelapa yang dimasak di atas kuali tanah. Cara pembuatannya nyaris sama seperti pembuatan serabi. Namun, untuk membuat jepa ada tutup yang ditekan untuk memadatkan adonan. Karena terbuat dari ubi memakan 1 jepa dapat mengenyangkan. 

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVlOUhj6ilcRi7aDwVPZ8_uMBHTUPcMW3DxrOnxnI3RS28jUpHHkGp7zsNBJ8xBXwygb_p-z5KCVbmXqpMWmkWGQ5gib-KWx-Ud6MQ-dsZ8-eP5gIWfTKFLAQp-ruu3K9-uMJz69b34gyo/s1600/ikan-terbang.jpg
IkanTerbang yang di asapi
 Ikan Terbang

MAJENE,Masyarakat pesisir yang ada di Lingkungan Labuan, Kelurahan Mosso, Kecamatan Senadan, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat saat ini mengembangkan wisata kuliner dengan menyajikan makanan tradisional.


Masyarakat pesisir yang berjarak 135 kilometer dari ibukota Mamuju, telah mengembangkan wisata kuliner di sepanjang jalur Trans Sulawesi. Senin, di lingkungan Labuan, di lokasi itu terlihat masyarakatnya menawarkan obyek wisata dengan menyajikan menu tradisional yakni ikan terbang yang diasap dengan makanan khasnya "Jepa" salah satu jenis makanan dari tanaman umbi-umbian yang diolah menjadi makanan siap saji.

Makanan tradisional Mandar yang dikembangkan oleh masyarakat pesisir itu sudah berlangsung sejak satu tahun terakhir dan bahkan telah menuai hasil karena mampu menyerap tenaga kerja hingga ratusan orang.

Wisata tradisional yang digeluti sebagian besar masyarakat pesisir itu sangat digemari semua kalangan, apalagi harga yang ditawarkan oleh pelaku usaha cukup terjangkau untuk semua kalangan karena harganya hanya Rp 5.000 per porsi.

H Fattah (40), salah seorang konsumen yang menikmati sajian makanan tradisional Mandar mengaku sudah lama berniat menikmati sajian makanan tradisional Mandar. Namun, karena terbentur dengan waktu sibuk kerja di kantor, maka niat itu baru bisa diwujudkannya.

"Makanan khas Mandar ini tidak ada di daerah kami, makanya saya ingin mencobanya, seperti apa rasanya makanan itu," katanya. Ia mengatakan, Jepa makanan khas Mandar memiliki cita rasa yang enak, apalagi, jika lauknya dengan ikan terbang yang diasap pasti lebih nikmat.

Ikan terbang harus hati-hati jika lewat perairan Mandar. Jika tidak bisa lolos dari jaring nelayan di perairan Sulawesi Barat ini, bisa-bisa mereka ditangkap dan kemudian dijual sebagai ikan asap di Somba, Kecamatan Sendana.

Orang Mandar terbiasa menyebut ikan terbang sebagai tui-tuing, sementara orang Bugis-Makassar ada yang menyebutnya tuing-tuing.

Dalam penelusuran lewat internet, penelitian Dr Ir Syamsu Alam Ali MS dan Ir Andi Parenrengi MSc dari Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin pada tahun 2006 antara lain menyatakan, ikan terbang (Hirundichthys oxycephalus) merupakan sumber daya laut ekonomis penting di Selat Makassar (sekitar perairan Parepare dan Polewali-Mamasa) dan Laut Flores (sekitar perairan Takalar dan Bulukumba).

Kelompok ikan terbang Takalar dan Bulukumba di Laut Flores serta kelompok ikan terbang Parepare dan Polewali Mamasa di Selat Makassar masing-masing merupakan subpopulasi yang berbeda.

Seorang kawan yang pernah tinggal di Makassar menyebutkan, ikan terbang termasuk ikan yang dilindungi. Wallahualam kebenarannya. Apa pun, jajaran warung makan di kawasan Somba masih siap melayani pengunjung yang mencari ikan terbang.

Diawali satu warung makan pada awal tahun 2000-an, kini sekitar 40 pedagang membuka warung makan ikan asap. Somba termasuk wilayah Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene. Letaknya persis di pinggiran jalan trans-Sulawesi, sekitar 19 kilometer dari pusat kota Majene ke utara menuju Mamuju, sekitar 60 kilometer atau dari pusat kota Polewali Mandar.

Gampang saja menemukan Somba sekalipun tidak ada petunjuk khusus. Jika deretan warung makan penuh dengan kepulan asap, bisa jadi itulah Somba. Warung makan di Somba sangat sederhana, semipermanen saja. Kebanyakan hanya separuh terbuat dari tembok dan selebihnya ditutup papan atau anyaman bambu. Warung makan di sisi tepi pantai lebih sederhana lagi karena dibangun menyerupai rumah panggung dengan ”sebelah kaki” tertanam di pasir pantai.

Pengasapan
Sesuai nama, cara memasaknya dengan pengasapan. Ikan terbang yang telah dicuci kemudian ditata di atas pelepah daun kelapa di atas tungku berbahan bakar kayu kering yang biasa dipungut dari pinggir pantai.

Namanya ikan asap, cara memasaknya betul-betul dengan pengasapan. Jika muncul bunga, segera air dicipratkan untuk memadamkan bunga api. Menurut Darmiati (40-an), pengasapan itu membuat daging ikan terbang lebih gurih dan sedap.

Ikan asap sebaiknya dihidangkan saat hangat. Begitu kulit ikan terbang yang kecoklatan dilolos, kita segera menemukan daging yang empuk. Hampir seperti ikan bolu (bandeng), hanya saja duri ikan terbang lebih sedikit. Pokoknya mantap.

Wajar saja jika Arkamullah, warga Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar, selalu menikmati ikan asap jika lewat di Somba. ”Kalau asal ikan asap, di pasar juga banyak,” kata Arkamullah.

Pengunjung kebanyakan memang pelintas jalur barat Sulawesi. Letak Somba relatif strategis, tepat di tengah keletihan saat berkendara di tepian pantai yang panas.

sumber http://www.sulbarprov.go.id/
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar